Search

Ungkap Akar Gerakan Sosial Pangeran Diponegoro, Ilyas Gondol Doktor Islam Nusantara

Jakarta– Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) menggelar Ujian Terbuka Promosi Doktor, Program Doktor Sejarah Peradaban Islam atas nama Ilyas pada Selasa, 14 Januari 2025, bertempat di Aula Jakoeb Oetama, Kampus Unusia A. Acara dimulai pukul 10.00 WIB hingga selesai dengan dihadiri oleh para penguji, keluarga, kolega dan tamu undangan lainnya.

Dalam ujian terbuka ini, Ilyas mempresentasikan disertasinya yang berjudul "Akar-akar Gerakan Sosial Diponegoro: Konteks Agama, Sosial, dan Politik Jawa pada Tahun 1800-1825." Disertasi ini mengangkat kajian mendalam tentang sosok Pangeran Diponegoro dari sudut pandang agama, sosial, dan politik, dengan fokus pada ciri khas gerakannya yang berbasis spiritualitas Islam Nusantara.

Ilyas menjelaskan bahwa penelitian ini diarahkan oleh promotor untuk menemukan ciri khas yang membedakan Pangeran Diponegoro dengan penelitian-penelitian sebelumnya. “Kami menemukan bahwa Pangeran Diponegoro memiliki pemahaman spiritual yang sangat kuat, yang menjadi basis gerakan sosialnya. Jaringan-jaringan yang dibangun beliau mencerminkan karakter khas Islam Nusantara, yang membedakan gerakan ini dengan gerakan sosial lainnya,” ungkap Ilyas.

Ia juga menekankan bahwa, berbeda dengan pandangan populer yang menganggap Pangeran Diponegoro sebagai “Ratu Adil,” gerakan ini lebih berfokus pada upaya mengangkat derajat dan harkat masyarakat pribumi, bukan semata-mata untuk mewujudkan klaim sebagai pemimpin yang diramalkan.

Tim penguji yang terdiri dari enam akademisi terkemuka memberikan masukan konstruktif terhadap disertasi Ilyas: Dr. Siti Nabilah, S.Sos.I, M.Pd (Ketua), Dr. Ayatullah, M.Ud (Sekretaris), Prof. Dr. M. Dien Madjid (Promotor), Dr. Ahmad Suaedy, M.Hum (Co-Promotor), Dr. Ngatawi Al Zastrouw, M.Si (Penguji I), Dr. Fariz Alnizar (Penguji II)

Promotor, Prof. Dr. M. Dien Madjid, menekankan pentingnya memperkuat analisis tentang peran pesantren dalam jaringan Pangeran Diponegoro. Sementara Penguji I, Dr. Ngatawi Al Zastrouw menyoroti pentingnya indigenisasi ilmu pengetahuan dalam kajian ini, mengingat bahwa teori-teori sosiologi barat sering kali kurang relevan jika diterapkan di Nusantara.

Setelah berhasil melalui ujian terbuka, Ilyas mengungkapkan rasa syukur dan lega. “Alhamdulillah, setelah berbagai tantangan dan hambatan, akhirnya saya berhasil menyelesaikan studi ini. Perjalanan ini memang lebih panjang dari yang direncanakan, tetapi semangat untuk terus maju sangat penting,” ujarnya.

Ia juga memberikan pesan kepada generasi muda, “Jangan menyerah dan jangan putus studi. Masih banyak cara untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Yang penting adalah kebermanfaatan ilmu bagi masyarakat dan kontribusi kita sebagai manusia.”

Ujian terbuka ini berakhir dengan hasil yang memuaskan, menandai pencapaian baru dalam perjalanan akademik Ilyas dan kontribusinya dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan sejarah Islam dan sosial di Nusantara.