Search

Dosen PGMI UNUSIA Lakukan Penelitian dan Praktik Mengajar di Kabupaten Malang

Malang (19/1/2023). Dalam rangka pelaksanaan nilai-nilai Tridharma Perguruan Tinggi, dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida'iyah (PGMI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) laksanakan praktik pembelajaran di salah satu desa terpencil di Kabupaten Malang, tepatnya di desa Ngadas, Poncokusumo Malang. sebuah desa kecil yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani di ladang.

 

Sebagai praktisi dan dosen PGMI, sekolah di tingkat dasar tentu menjadi fokus pelaksanaan kegiatan. SDN Ranupane menjadi salah satu sekolah yang didatangi oleh dosen PGMI. Ni'matul Iza sebagai dosen PGMI UNUSIA menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting dilakukan untuk memupuk nilai-nilai semangat belajar bagi siswa terlebih minat membaca siswa dan kampanye membaca literasi sudah mulai jarang digaungkan.

 

Saat ini, para praktisi pendidikan gencar melakukan pendidikan literasi untuk membentuk manusia yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis dan logis. Tentu saja, latihan tidak harus dilakukan di sekolah. Orang tua di rumah juga perlu dilibatkan dalam menanamkan literasi pada anak-anaknya, mulai dari usia prasekolah.

 

Tujuan utamanya bukan hanya untuk menekankan kemampuan anak dalam membaca atau menulis. Kedua kompetensi ini sesungguhnya hanya sebagai landasan untuk tujuan yang lebih luas yaitu membentuk generasi yang dapat berpikir kritis terhadap informasi.Khususnya bagi anak sekolah dasar, pendidikan literasi menjadi penting karena banyak manfaatnya.

 

Seperti halnya penduduk desa Ngadas yang merupakan pintu masuk kawasan gunung Bromo dan gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa serta masuk dalam Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.  Disadari maupun tidak, kehidupan roda ekonomi dengan segala aktifitasnya terutama di negara kita memiliki dampak yang cukup kuat terhadap perkembangan pola masyarakat Indonesia terutama, masyarakat desa yang mayoritas masih mengutamakan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama. Dalam situasi semacam ini terdapat sekelompok kecil masyarakat yang kebetulan kuat dan mapan secara ekonomis dan politis, sedangkan dipihak lain terdapat sekelompok masyarakat yang jauh tertinggal, masih dalam keadaan miskin, terbelakang, dan jauh dari pendidikan. SDN Rarupane di desa Ngadas salah satu sekolah yang ada di sana, daerah yang sangat jauh dari kota dan sulit dijangkau serta banyak faktor yang lain sangat berpengaruh pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Guru kurang update pembelajaran dan keterbatasan-keterbatasan lainnya membuat sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang tertinggal. Di sekolah guru belum mengaungkan literasi dalam pembelajaran, hal tersebut dikarena kurangnya pengetahuan dan cara bagaiamana seharusnya program tersebut dilaksanakan dalam lingkungan sekolah.  Kampanye untuk mempromosikan literasi di sekolah dasar dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

 

1.    Tahap pembiasaan: dari tahap dalam kebiasaan ini, siswa diajak untuk menghabiskan waktu setiap harinya dengan membaca buku peserta dalam fase ini tidak terbatas pada membaca buku.

2.    Tahap perkembangan: Dimulai pada tahap perkembangan ini di mana pada awalnya  anak mampu membaca satu buku dalam seminggu lalu peserta didik dilatih membaca buku bisa diselesaikan lebih dari satu buku. Terlatih untuk menyelesaikan dua buku atau lebih tepat waktu seminggu.

3.    Tahap pembelajaran: peserta belajar dari tahap ini siswa mulai dibimbing untuk mencapai potensinya  masing-masing  ada yang pandai baca dibidang puisi, ada yang unggul dibidang cerita pendek (cerpen), Puisi dan drama puitis. usaha ini adalah untuk menumbuhkan kecintaan membaca dan menulis pada siswa.

 

Khusus untuk sekolah dasar, pendidikan literasi penting dilakukan karena memiliki banyak manfaat. Metode pengembangan kegiatan yang menyenangkan masih menjadi ramuan handal yang sering digunakan oleh guru kepada siswanya dalam memupuk semangat belajar dan kecintaan pada ilmu pengetahuan. Kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti ini tentu tidak dapat dilakukan sendiri, bersama dengan dosen dan praktisi yang lain seperti Heriyanti, Eva, Febrian, dan Sigit, Ni'matul Izza melaksanakan pengabdian dan kampanye membaca literasi.